Cerita Creepypasta Indonesia Terseram : Ada Yang Aneh Dengan Istriku (Something Strange With My Wife)


Cerita Creepypasta Indonesia Terseram Ada Yang Aneh Dengan Istriku Something Strange With My Wife Reddit Aneh Monster Menakutkan Seru Misteri Nyata Misterius Kembar Gaib Ilmu Sihir Hitam Mitos Ritual


Aku tumbuh dewasa dengan rasa takut akan monster. Bahkan saat kuliah pun, yang mana membawaku menapaki fase kedewasaan, aku masih begitu takut akan monster-monster di kolong tempat tidur, di dalam lemari atau di luar jendelaku. Meski sebenarnya aku selalu memberitahu diriku sendiri betapa konyolnya orang yang sudah dewasa sepertiku untuk takut pada hal-hal yang kutahu tidaklah nyata.

Namun begitulah kenyataannya hingga... aku bertemu istriku. Nah sebelum kuceritakan apa yang terjadi, aku ingin membahas tentang asal mula pertemuanku dengan istriku dan bagaimana berartinya ia bagiku.

Aku bertemu Natalie saat kuliah. Dulu aku adalah pria yang culun, namun cara Natalie melihatku sungguh berbeda dari semua gadis yang pernah kujumpai. Ia sangat baik, sifatnya begitu lembut. Selama kami berhubungan, aku menyadari bahwa kami memiliki banyak kesamaan. Bagiku ia adalah wanita tercantik di dunia. Rasanya aku ingin terus menatap mata hijau indahnya selama hidupku, dan itulah yang kulakukan saat melamarnya sampai kami menikah.




Sekarang kembali ke... hal-hal aneh yang kualami. Kejadian pertama yang kugolongkan cukup aneh menurut ingatanku berlangsung pada pkl. 03:00 dini hari saat itu. Aku terbangun dan merasa begitu haus, dan sebagai manusia penakut, tak lupa kubawa sebuah senter sebagai penerang jalan menuju ke dapur. Segera setelah menyalakan senter, kulihat istriku tak ada di ranjang. Namun saat kumenengok ke kamar mandi, ternyata lampunya menyala dan terdengar suara gemericik air, jadi aku tahu bahwa istriku pasti di dalam sana.
Setengah sadar aku berjalan ke lantai bawah dan mendapati pemandangan yang hampir membuatku jantungan, istriku berdiri di pojokan dapur sedang meminum air. Tetapi setelah memandangnya untuk beberapa saat, aku merasa kembali tenang. Natalie tersenyum padaku sambil menyesap minumannya. Aku terlalu lelah hingga hanya bisa bergumam tentang betapa panas udara malam ini sembari menuang segelas air. Natalie masih tersenyum dan cuma menatapku menenggak minumanku lalu aku pun kembali ke lantai atas. Sambil berjalan kembali ke kamar aku berseru agar ia segera menyusul karena ini sudah larut. Setelah sampai di kamar, istriku tampak tidur pulas di ranjang. Baru ketika itu aku sadar sepenuhnya. Aku berani sumpah kalau tadi Natalie masih di bawah minum air. Takut kembali ke bawah, kubangunkan istriku dan menceritakan apa yang terjadi. Setengah mengantuk, setengah kesal, ia menenangkanku dan menyuruhku untuk kembali tidur. Keesokan pagi sambil bercanda ia berkata bahwa aku sebegitu takutnya akan gelap sampai-sampai membayangkan ia berada dimana-mana sebagai pelindungku.
"Lagian, aku sedang di kamar mandi ketika kamu bangun" jelasnya. Dan dengan senyuman hangatnya itu, bagaimana bisa aku tak percaya.

Seminggu kemudian, hal aneh kembali terjadi. Kali ini di siang bolong, hari Sabtu siang, Natalie membangunkanku pukul 11:00 dan berkata bahwa ia akan pergi belanja. Namun barulah pukul 11:30 aku bangkit dari ranjang, lalu mengganti baju untuk acara makan siang bareng istri cantikku. Aku pergi ke dapur dan mendapatinya sedang meminum segelas air. Aku tersenyum dan berkata, "Kok pulangnya cepet, Yang?"
Ia tak menjawab, dan hanya tersenyum sambil menyesap airnya. Sebelum aku sempat menghampiri, bel pintu depan berbunyi lalu aku pun segera pergi memeriksa siapa yang datang. Kubuka pintu dan ya, itu adalah istriku, dengan sekantung belanjaan dalam dekapannya.
"Uh, bisa bantuin bawa belanjaanku beib?" celetuknya membuyarkan kekagetanku. Melihat wajahku yang tiba-tiba pucat, ia pun tahu kalau sesuatu tidak beres. Ia mendudukanku, mengambilkan segelas air, dan aku menceritakan apa yang terjadi. Karena terjadi di siang bolong, aku tahu apa yang kulihat. Dan dari mata hijaunya yang selama ini kukagumi, untuk pertama kalinya, aku melihat sekelebat keresahan yang ganjil. Istriku adalah sosok yang kuat, tak pernah takut. Ia berkata ada sesuatu yang seharusnya ia beritahukan padaku sejak dulu. Ia mengaku bahwa hal aneh ini sudah sering kali terjadi padanya semasa kecil. Orang tua dan saudara-saudara kandungnya juga pernah melihat kembarannya muncul di tempat-tempat berbeda. Mereka tak dapat menjelaskan arti dari fenomena ini, namun karena tak menimbulkan ancaman, mereka pun mulai terbiasa dan tak lagi menghiraukan penampakan-penampakan tersebut.

Butuh beberapa bulan bagiku untuk mencerna semua yang ia ceritakan, namun tak terasa akupun ikut terbiasa akan keanehan ini. Karena seperti yang sudah kubilang, wujud persepsiku akan rasa takut adalah monster, bukan istriku yang cantik. Setelahnya beberapa insiden serupa terjadi, sebagai contoh aku pernah melihatnya duduk diam di samping ranjang, mengamatiku, padahal Natalie asli sedang memasak di dapur. Dan dalam semua insiden tersebut di mana aku melihat 'entitas' itu seperti istriku sendiri, ia tak pernah berkata apapun, selalu hanya tersenyum. Malahan, aku mulai menemukan kenyamanan karena dapat melihat istriku setiap waktu, yang selalu tersenyum, selalu ceria, dan selalu sempurna.

Namun perlu dicatat bahwa pada setiap insiden, belum pernah terjadi sesuatu yang kusebut sebagai persinggungan. Yaitu keadaan di mana aku melihat si entitas dan Natalie asli secara bersamaan. Kurasa semua orang normal pasti akan segera memanggil istri asli mereka jika melihat ada orang yang persis sekali dengan si istri. Namun seperti yang kubilang, aku selalu menemukan kenyamanan dari mata hijaunya dan senyumannya, jadi jujur saja aku tak begitu perduli.

Tetapi hari itu, semuanya berubah.

Natalie bilang dia mau pergi menjenguk kakeknya yang tinggal satu jam jauhnya dari kediaman kami. Sebenarnya ia ingin aku ikut namun karena saat itu hari Minggu, dan aku ingin bersantai di rumah saja, maka kubilang padanya untuk pergi sendiri. Dan terjadilah hal itu. Persinggungan yang kusebutkan sebelumnya. Aku tengah menonton TV di ruang keluarga, kemudian aku ke dapur untuk mengambil cola. Disanalah dia, istriku lagi, sedang menyesap air dari gelasnya dan hanya tersenyum. Aku sudah terbiasa akan kemunculan entitas ini, jadi aku pun menyapa, "Senang sekali melihat kau masih mengawasiku!"
Ia tersenyum lagi sambil memandangku dengan sepasang mata hijaunya yang sedari dulu kukagumi. Ketika itulah telepon berdering sehingga aku segera berpaling dari si 'entitas' untuk menjawabnya.
"Hai sayang, sepertinya aku bakal pulang terlambat karena nenek memaksaku untuk makan siang bersama dulu!" Itu adalah Natalie, dan seketika saat kudengar suaranya, bunyi gelas pecah menggema dari arah belakangku yang mana juga terdengar oleh Natalie. Aku berbalik dan melihat 'makhluk' itu sekarang tengah melotot padaku, senyumnya menghilang. Diganti oleh seringai lebar yang ganjil. Ia menunjuk kearahku, sambil memiringkan kepalanya sampai persis 90 derajat. Namun bukan itu yang paling menggangguku, melainkan matanya. Warnanya berubah jadi hitam pekat, serupa mata setan di film-film. Aku hanya terdiam memandanginya.
"Sayang, apa semuanya baik-baik saja? Kau menjatuhkan sesuatu?" Seru istriku di telepon.
Aku pun berbisik, "aku baik-baik saja, tapi kembaranmu tidak..."
Pada titik ini istriku sekonyong-konyong berteriak,
"TUTUP TELEPONNYA DAN BERPALINGLAH!!!"
Entah dari mana aku mendapat kekuatan, tetapi kulakukan juga seperti yang ia suruh. Ketika kubuka mata, sepersekian detik kemudian, makhluk itu sudah menghilang.

Bingung dan ketakutan, aku menelepon balik istriku, ia bilang sudah dalam perjalanan pulang, "ini seharusnya tak terjadi, seharusnya tak boleh bersinggungan, mereka bilang takkan terjadi.........mereka bilang dia tak berbahaya........"

Aku terlalu takut untuk hanya duduk menunggu, aku pastikan selalu melihat kebelakang. Istriku seharusnya sudah sampai sekarang. Segera setelah dia pulang, akan kutanyakan apa maksudnya dengan "mereka" yang ia sebut tadi, apa yang sebenarnya terjadi. Natalie menyembunyikan sesuatu dan aku harus tahu apa itu. Aku tak pernah menyangka bahwa seseorang yang paling dekat, paling kusayangi, dan yang selalu menjagaku di setiap saat, malah menjelma menjadi monster yang paling kutakuti.


Ketika Natalie akhirnya tiba, ia menangis tersedu-sedu. Ia terus berkata "Kau......ini seharusnya tak terjadi padamu......ini tak seharusnya menimpa kita........kau tak boleh mengalami persinggungan itu......Aku mencintaimu, aku menyayangimu........ keluargamu...... kau seharusnya tak mengalami persinggungan."
Pada titik ini aku benar-benar linglung. Kutenangkan dia, kudekap hingga berhenti tangisnya. Saat ia sudah tenang, aku bertanya, "Sayang, perkataanmu tak masuk akal, siapa dia....? Apa yang kau maksud adalah 'makhluk' itu?....."
Natalie bilang ia tak tahu apa sebutan dari 'makhluk' tersebut, ia sendiri tak pernah melihatnya secara langsung. Hanya orang-orang di sekitarnya yang kadang kala bertemu dengan makhluk itu, yang selalu berwujud mirip dengannya, senyumnya sama, mata hijaunya pun juga sama indahnya. "Tapi saat kau berteriak di telepon, kau tahu apa yang aku lihat kan....... bagaimana bisa?"
Ia menatapku dan mulai menangis lagi. "Aku merahasiakan ini darimu karena aku tak mau kau takut......" ia berkata.
"Tak apa... coba ceritakan semuanya padaku......" kurengkuh ia mendekat. Kemudian ia menceritakan padaku tentang orang sebelumku yang juga pernah mengalami 'persinggungan' itu, yaitu melihat ia dan makhluk tersebut bersamaan.

Kala itu Natalie masih SMA, keluarganya, yaitu orang tuanya dan kedua kakak laki-lakinya terbiasa melihat kemunculan 'makhluk' tersebut di sekitar rumah mereka. "Makhluk" itu kerap muncul sebagai gadis yang tersenyum sambil menyesap segelas air. Penampakan-penampakannya seringkali hanya terjadi di kediaman mereka, tak pernah di sekolah atau tempat lain.
Menghadapi situasi ini, orang tua Natalie tak mengizinkannya membawa teman ke rumah, sebab mereka khawatir teman-teman Natalie akan ketakutan jika bertemu makhluk itu. Namun, suatu hari, karena Natalie bersikukuh dan mendebat bahwa makhluk itu takkan melukai siapapun, orangtuanya pun mengizinkan teman Natalie datang berkunjung.

Natalie dan temannya Chris tengah mengerjakan PR ketika Natalie berpamitan ke dapur mengambil makanan kecil. Saat hendak naik ke kamar, Natalie mendengar Chris berujar, "Lucu sekali...... tapi senyumanmu itu bikin aku ngeri......"
Langkah Natalie terhenti seketika, pintu kamarnya tak tertutup, sementara ia berada dalam jangkauan pandang Chris dari koridor. Chris menoleh dan melihatnya, sekonyong-konyong wajah Chris berubah pucat, sejenak kemudian terdengar suara gelas pecah. Natalie benar-benar syok, Chris melihat dia dan makhluk itu secara bergiliran. Karena masih kaget, Natalie hanya terpaku menyaksikan Chris di dalam kamarnya terbata-bata, "Apa- ap...."
Namun Natalie segera dapat mengendalikan perasaanya, ia berlari menuju kamar, tapi pintu terbanting menutup di hadapannya. Ia pun menggedor-gedor sambil berteriak, "CHRIS JANGAN LIHAT MATANYA! JANGAN LIHAT!" Jeritnya panik. Namun sunyi. Lima menit kemudian, pintu terbuka dan Chris tergeletak pingsan di sana. Setelah dilarikan ke rumah sakit, mereka menyatakan Chris buta. Dokter tak dapat menjelaskan sebabnya. Saat Chris ditanyai tentang apa yang ia lihat terakhir kali, dengan terbata-bata Chris menjawab,
"Seringai..... seringai itu.... mata itu.... mata yang hitam pekat.... dan kepalanya... oh Tuhan kepalanya miring 90 derajat....... Tak kuduga wajah secantik itu bisa berubah jadi sangat....... mengerikan."

Natalie menduga satu-satunya alasan aku masih dapat melihat adalah karena persinggungan itu terjadi via telepon, sehingga aku tak terpengaruh sepenuhnya. Aku tak mengerti mengapa persinggungan kedua ini baru terjadi sekarang setelah sekian tahun berlalu. Kala itulah Natalie kembali menyinggung bahwa "mereka" bilang makhluk itu tak berbahaya, dan takkan sering menyebabkan terjadinya 'persinggungan'. Sehingga aku pun meminta penjelasan tentang siapakah "mereka" yang ia sebut-sebut. "Begini, saat aku masih kecil, nenek buyutku tahu sesuatu mengenai hal ini. Mereka jarang mengungkitnya, namun tampaknya keadaan serupa juga pernah terjadi dalam silsilah keluarga kami sebelumnya."

Maka jelaslah bahwa kami harus pergi menemui nenek buyut Natalie, satu-satunya sesepuh yang masih hidup dalam keluarganya untuk mendapatkan keterangan lebih jauh. Natalie kemudian menelpon ibunya dan mengetahui bahwa ibu Natalie sudah putus kontak dengan nenek buyutnya semenjak dua tahun silam. Setelah sang suami meninggal, nenek buyut Natalie mengalami tekanan batin dan memutuskan semua hubungan. Ia pindah ke daerah terpencil jauh dari hiruk pikuk kehidupan. Perjalanan kesana membutuhkan waktu hampir tiga jam, jadi kami putuskan untuk segera beristirahat sebelum berangkat esok hari.

Paginya istriku membangunkanku sambil berseru, "Sarapan sudah siap" lalu melangkah turun kembali ke lantai bawah. Kurasa kami berdua sama-sama bangun kesiangan karena kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 11:00 siang. Hal pertama yang kuperiksa adalah ranjangku, memastikan makhluk itu tidak ada di sana dan yang membangunkanku tadi benar-benar istriku.
Kemudian akupun beranjak turun dan saat kulihat istriku, hampir saja aku terjengkang, ia tengah menyesap segelas jus jeruk di ambang pintu dapur. "Astagaaa jangan lakukan itu!!!!" Sergahku gelagapan. Ia segera berlari menghampiriku, "Maaf....." gumamnya. Aku lalu merangkulnya, "Tak apa-apa. Kita berdua sama-sama tertekan, namun kita pasti dapat melalui ini."
Setelah menyantap sarapan tanpa selera sedikitpun, akhirnya kami berangkat mencari jawaban. Dalam perjalanan, istriku menggengam lembut tanganku, dan sekali lagi aku merasa aman dibuatnya. Saat itu suasana aman-nya terasa agak ganjil, karena walaupun telah terjadi hal gila, cuaca amat cerah dan matahari bersinar terang di luar. Sementara aku berkendara nyaman didampingi istriku. Ia tersenyum ke arahku, aku membalas senyumnya, menatap kedua mata hijau indahnya sambil berusaha melawan gambaran wajah mengerikan 'makhluk' itu dalam benakku. Kami berdua hanya terdiam selama sisa perjalanan hingga akhirnya tiba di rumah tujuan. Letaknya sungguh jauh dari jalan raya, dan melewati jalur jalur sempit berkerikil. Terparkir di halamannya sebuah mobil van usang yang tampaknya dibiarkan mati selama berminggu-minggu. Begitu juga dengan rumahnya yang seperti tak berpenghuni. Istriku menggapaikan tangannya, yang lalu kugenggam erat-erat, "Ayo berharap yang terbaik dan coba lihat apa yang akan kita temukan..."
Namun sebelum aku membuka pintu rumah itu, teleponku berdering. Begitu suara dering teleponku memecah keheningan, genggaman tangan istriku terasa lebih kuat. Dapat kurasa bahwa ia amat tertekan. Aku menoleh padanya, dan ia tersenyum begitu tipis. Kukeluarkan teleponku, pada layarnya tertulis nama "Natalie". Genggaman di tanganku terasa semakin kuat dan erat. Seketika aku merasa bahwa orang yang berada di sampingku ini bukanlah istriku sama sekali. Sebut saja sebagai firasat. Kuangkat teleponnya dan samar-samar dari sudut mata kulihat ekspresi wajah istriku mulai berubah. Hembus nafasnya pun semakin memberat sembari kudengar suara gemeletuk tulang lehernya yang berangsur-angsur miring. Dengan hanya sedikit sisa keberanian, kualihkan pandanganku menghindari raut wajah mengerikan di sampingku itu. "INI BUKAN AKU!!!" teriak Natalie di telepon. Begitu suara Natalie sampai ke telingaku, kudengar suara gelas pecah dan kurasakan perih terbakar pada tanganku selama sepersekian detik. Aku meringis menahan sakitnya, lalu aku menjawab, "Iya aku tahu.... kurasa makhluk itu sudah hilang sekarang." Kulihat sekeliling memastikan ia sudah benar-benar pergi. Kutarik nafas panjang. "Jangan tutup dulu teleponnya, susul aku kemari, kita harus meneruskan tujuan kita."
Dalam perjalanan, istriku menjelaskan bagaimana ia terbangun dan mendapati dirinya terjejal di kolong tempat tidur, seperti ada yang membuatnya pingsan dan menyembunyikannya di bawah sana. Saat tersadar dan tahu aku tak ada, ia langsung merasakan ada sesuatu yang tak beres kemudian segera menelponku. Pada titik ini aku sungguh takut luar biasa, begitu banyak pertanyaan muncul dalam benakku. Makhluk itu BERBICARA? berpura-pura menjadi istriku? Bagaimana bisa ia menggenggam tanganku? Dan lagi bagaimana bisa ia keluar dari rumah? Dan yang paling penting, bagaimana caranya aku membedakannya dari istriku? Lalu aku ingat akan rasa perih di tanganku, dan saat kuperiksa, kulihat luka bakar berbentuk tulisan "beruntung" terpahat disana.

Sementara aku menunggu Natalie menyusul, aku mulai berpikir, makhluk itu tadi berkata "sarapan sudah siap" dan "maaf". Dan dia bisa-bisanya minum jus jeruk? Apa dia berkembang? Apakah dia belajar untuk memperdayaiku? Berjuta pertanyaan membayangi benakku hingga tak terasa istriku akhirnya tiba pukul 05:00 sore itu. Hari sudah mulai petang, dan yang kuinginkan hanyalah mencari motel untuk beristirahat dan kembali lagi esok hari. Namun istriku bersikeras supaya kami paling tidak memeriksa dahulu apakah ada orang yang menghuni rumah usang itu. Sesaat sebelum Natalie keluar dari mobil, ia meraih colokan penyulut rokok dan menyulutkan ke tangannya. Melihat itu, aku jadi kesal, namun ia bilang ini agar aku dapat tahu siapa yang asli. Pada saat itu, segala macam gagasan untuk membuat semuanya tampak wajar terdengar sungguh menjanjikan.

Kami pun kemudian melangkah maju dan mengetuk karena tampaknya bel pintu sudah rusak.
"Apa kau dengar itu?" Kata istriku cemas.
"Dengar apa?" Tanyaku.
"Seperti ada suara seseorang berteriak kesakitan..."
Naluriku memperingatkanku untuk segera pergi dari sana, sungguh ku berharap kalau saja waktu itu aku menurutinya. Namun sebelum aku bertindak, istriku sudah membuka pintunya dan menuntunku masuk. Kugenggam tangannya, sambil berusaha menapakkan satu kaki di ambang pintu. Aku sudah terlalu hafal akan fenomena klasik tentang pintu yang terbanting menutup di belakangmu saat memasuki rumah angker sehingga membuatku ragu untuk sepenuhnya masuk. Di dalam, semuanya berlapis debu dan jaring laba-laba. Hawanya pun terasa kelam mencekam. Sementara mataku beradaptasi dengan kegelapan, kudapati keadaan di dalam rumah sungguh porak-poranda, tergores gambar simbol-simbol aneh berwarna merah pada dinding serta perabotan-perabotan rusak di sana. Lalu tiba-tiba tubuh istriku sempoyongan dan mulai oleng. "Kepalaku..... pusing sekali...." rintihnya pelan. Dan sebelum ia jatuh pingsan, dengan sigap kutangkap tubuhnya. Kemudian, saat aku mendongak, kulihat makhluk itu muncul, ia berdiri kaku di ujung koridor. Sosoknya samar dalam kegelapan, namun dapat kulihat jarinya menunjuk ke arahku dan kepalanya miring ke samping 90 derajat. Aku tak ingin diam saja disana memandangi sosok ganjil itu. Segera aku bangkit dan membopong tubuh lunglai istriku. Namun pintu masuknya terayun menutup! Untung saja kakiku berhasil mengganjal pintu itu. Aku mengerang kesakitan akibat efek daun pintu yang menghantam ujung kakiku, namun aku tetap berjuang menerobos hambatan. Dan akhirnya kami pun berhasil keluar. Kemudian aku menoleh kebelakang, berharap makhluk itu hilang, tapi sialnya ia masih berjalan mengikuti kami, dengan perlahan dan meyakinkan. Kejadian selanjutnya agak kabur mengingat adrenalinku sedang berada pada titik puncaknya. Pokoknya entah bagaimana, aku berhasil masuk ke mobil bersama istriku. Saat menderu pergi, kulihat makhluk itu dari kaca spion, mulutnya kini menganga lebar dan ia mengeluarkan jeritan nyaring. Ketika kuinjak pedal gas guna melaju pergi, kudengar bunyi seperti kaca jendela pecah.

Kami berkendara selama satu setengah jam hingga tiba di sebuah motel kecil dan menyewa sebuah kamar untuk menyudahi malam itu.
Istriku tertidur dengan nyenyak, meskipun aku tidak. Aku terus mengawasinya. Begitu banyak pertanyaan memenuhi otakku. Apa arti tulisan beruntung di tanganku ini? Apakah makhluk itu mengejekku? Apakah beruntung itu maksudnya aku bisa selamat karena istriku menelepon? Haruskah aku kembali ke rumah itu bersama orang lain?


Beberapa hari setelahnya, bisa dibilang terasa agak gila. Lanjutkan membaca dan kau akan tahu maksudku.

Ketika istriku terbangun, kami berdikusi lama sekali membahas tentang langkah selanjutnya yang akan kami ambil. Selama perbincangan, sesekali aku melirik ke arah pergelangan tangannya, memastikan luka bakar Natalie masih ada. Ia memergoki pandanganku dan kulihat kedua bola mata hijaunya yang selalu tampak berbinar kian meredup, "Ini aku.... kuharap aku bisa membuatmu tak takut padaku.... namun aku sendiri tak yakin siapa aku ini....."
Air mata mulai mengaliri pipinya, dan aku hanya memeluknya serta menenangkannya tanpa bisa mengatakan apapun. Natalie memang benar, aku mulai merasa tak dapat lagi percaya pada sosok pelindungku dalam setiap keadaan itu. Meski kenyataannya ia telah menyelamatkanku dua kali dari makhluk mengerikan yang entah apa namanya. Di sisi lain, walau kami sama-sama meragukan diri sendiri, kami menemukan sebuah teori yang berhubungan dengan kejadian-kejadian ganjil belakangan ini. Pertama, tampaknya makhluk itu tak bisa muncul jika istriku dalam kondisi sadar, terbukti saat istriku pingsan, dia baru menampakkan diri. Kedua, makhluk tersebut kemungkinan mengalami perkembangan dengan mampunya ia berbicara serta berpindah tempat, atau mungkin ada lebih dari satu makhluk yang mengincar kami di luar sana. Ketiga, teknologi berpotensi menjadi titik lemah bagi makhluk itu, karena panggilan dari teleponku telah menyelamatkanku dua kali darinya. Terakhir, ada sesuatu tersembunyi di rumah yang kami datangi kemarin, karena jelas terlihat makhluk tersebut mencoba mengusir kami dari sana. Rumah tersebut adalah tempat yang harus kami periksa. Namun terlalu berbahaya jika kembali kesana tanpa persiapan apa-apa. Jadi kami memutuskan untuk mencari jawaban dari seorang lain yang juga pernah mengalami persinggungan, yaitu teman semasa SMA Natalie, Chris.

Setelah mencoba melakukan kontak, kami mengetahui bahwa Chris tinggal di kota sebelah, dan kini ia berprofesi sebagai pembicara dalam sebuah kelompok bimbingan motivasi akan kekurangan daya lihat. Dan ternyata waktu bimbingannya adalah pukul 11 sehingga kami masih sempat menemuinya. Kami tiba di aula pertemuan tepat sebelum pintunya hampir di tutup. Sebagian besar isi pidato Chris terasa sangat menggugah dan penuh emosi, ia bercerita tentang segala macam pencapaian yang telah diraihnya selama hidup. Chris mengakhiri ceramahnya dengan berkata, "Hari saat aku kehilangan penglihatanku adalah hari dimana aku tak takut lagi akan hidup!"

Kami berada di sana menyimak beberapa lama, lalu setelah aula sudah kosong, kami menghampiri Chris, ia sedang berdiri di samping istrinya, yang mana telah ia perkenalan di awal pidatonya tadi. Aku bahkan tak tahu bagaimana memulai bertanya mengenai penyebab kebutaanya, namun sebelum aku dapat berkata apapun, Chris menunjuk padaku, "Oh, jadi persinggungan itu terulang? Dia bilang kau akan mengalaminya......"
Chris kemudian melanjutkan ceritanya bahwa semenjak kejadian persinggungan menimpanya, nenek buyut Natalie mulai sering menghubunginya. Nenek buyut Natalie merasa amat bersalah akan apa yang telah terjadi dan ia berjanji akan menemukan suatu penyelesaian semampu yang ia bisa. Nenek buyut Natalie juga begitu yakin bahwa cepat atau lambat persinggungan ini akan kembali terjadi pada orang-orang di sekitar Natalie maka dari itu ia ingin mencari cara untuk menghentikannya. Ketika kami memberitahunya tentang keadaan rumah itu dan simbol-simbol yang aku lihat, ia berubah serius. "Jadi dia mencoba melakukannya, ia berupaya mengikat si 'dua saudari' bersama di rumahnya. Aku khawatir ia takkan selamat saat melakukan itu......" gumam Chris perlahan.
Aku sungguh bingung. "Apakah tadi kau menyebutkan sesuatu tentang 'dua saudari'?" Tanyaku. Kemudian Chris mengajak kami berkunjung ke rumahnya karena hal ini terlalu panjang untuk dibicarakan di tempat umum.

Sementara istri Chris memasak makan siang, Chris menceritakan pada kami tentang hari saat ia kehilangan penglihatannya. "Sebenarnya aku tak pernah menceritakan ini pada siapapun kecuali nenek buyutmu, tapi hari itu saat aku mendadak buta, sebelum aku pingsan, aku yakin sekali bahwa aku melihat makhluk kedua berdiri persis di belakang makhluk mirip Natalie yang tengah kutatap tak percaya. Dan sesaat sebelum aku hilang kesadaran, aku mendengar suara berbisik : "makan".
Chris melanjutkan bahwa dulu Nenek buyut Natalie menjuluki makhluk tersebut sebagai 'dua saudari' setelah ia yakin bahwa makhluk itu sebenarnya ada dua. Dan lagi, bahwa kedua makhluk itu menyerap rasa takut kita, semakin besar rasa takut yang kita miliki, akan menarik mereka semakin dekat. Ini masuk akal, karena aku adalah manusia yang sangat penakut, dan ketakutanku kini kian memuncak sebab seseorang yang selama ini kuanggap sebagai pelindung justru berubah menjadi penyebab dari ketakutanku. Setelah menghabiskan bertahun-tahun mempelajari tentang legenda kuno, ilmu gaib, mitologi dan sejarah keluarga, Nenek buyut Natalie akhirnya menemukan cara untuk mengikat si 'dua saudari'. Mungkin itulah tujuan dari simbol-simbol aneh di rumah Nenek buyut Natalie dan mengapa 'dua saudari' tak ingin kami masuk lebih jauh, pasti ada sesuatu di sana yang telah mengikat mereka. Walau begitu, makhluk tersebut nyatanya masih muncul dan bahkan berkendara bersamaku di mobil, jadi artinya mereka masih dapat bergerak bebas, tapi mungkin mereka memiliki kelemahan di rumah itu.
Semua ini termasuk kemajuan, namun ketidaktahuanku dalam menghadapi makhluk 'dua saudari' ini cukup meresahkan juga. "Makan siang siap!" Panggil istri Chris dan membuat kami beranjak ke dapur untuk menikmati santapan yang diperlukan. Chris ingin mengakhiri ini semua sama seperti kami, jadi ia bersikeras agar kami menginap di rumahnya demi keamanan kami. Mengingat belakangan ini aku jarang tidur nyenyak, kuterima saja tawarannya. Kami semua tidur di ruang tamu, sedangkan istri Chris dan aku bergantian jaga untuk memastikan keadaan tetap terkendali.

Aku terbangun pkl. 3:00 pagi, merasa kehausan, lagi. Pemikiran bahwa mungkin aku memiliki kondisi kesehatan dimana aku akan selalu terbangun kehausan di tengah malam membuatku sedikit tergelitik. Aku menoleh ke arah istri Chris yang sedang begadang. Dia masih terjaga penuh dan menatapku dengan senyum lembut. Aku berbisik, "air minum?" Dan ia menunjuk ke ruang dapur. Aku pun bergegas meski setengah takut akan melihat penampakan makhluk itu lagi. Syukurlah, dapurnya kosong, maka kubuka kulkas untuk mencari air. Sial, tak ada air dingin di sana. Mungkin mereka menyimpan air botolan di pantry. Ketika kubuka ruang pantry, didalamnya sungguh luas dan gelap. Kemudian saat kunyalakan lampu kulihat sesuatu yang sangat tak terduga dan mengerikan. Di pojokkan ruang, istri Chris tergeletak tak sadarkan diri, tubuhnya terikat. DAN AKU PUN TERHENYAK! "Makan siang siap!" Adalah satu-satunya yang istri Chris katakan hari ini. Seluruh perhatianku tercurah pada makhluk yang memburu kami hingga aku sama sekali tak menyadarinya. Aku segera berlari kembali ke ruang tamu, istriku tak ada sedangkan Chris masih tidur.
Apa yang menyusul kemudian sungguh ganjil. Kubangunkan Chris lalu menelpon polisi. Aku tahu mereka pasti telah membawa Natalie ke rumah itu. Aku tak punya waktu menjelaskan tentang hilangnya istriku dan langsung pergi ke rumah itu. Ya, tindakanku memang bodoh, tapi kita akan melakukan hal-hal bodoh jika orang yang kita cintai dalam bahaya. Begitulah watak manusia.

Selama dalam perjalanan, aku terus bertanya pada diri sendiri, bagaimana bisa aku melewatkannya? Kenapa makhluk itu bisa berkembang begitu pesat? Dia menjelma jadi bentuk lain? Apakah ini karena aku telah selamat lebih dari satu persinggungan? Lebih dari dua tepatnya. Apakah makhluk itu begitu ingin menghabisiku? Namun mengapa membawa istriku? Akulah yang mereka inginkan.

Akhirnya aku tiba di rumah itu. Tepat pukul 06:00 pagi. Sebelum sempat melangkah keluar dari mobil, hp ku tiba-tiba berdering. Itu dari Natalie, "HALO!!! SAYANG KAU BAIK-BAIK SAJA?! DIMANA KAU??!" seruku panik di telepon.
"Aku......aku tak mengerti......bukannya kita sedang menginap di rumah Chris? Aku ada di rumah sekarang. Di rumah kita.......tolong pulanglah sekarang sayang."
Sekarang aku benar-benar bingung. Apa dia benar istriku yang sedang bicara di telepon? "Sayang, pergelangan tanganmu........." sebelum aku selesai ia memotong, "iya ada bekas luka bakar di tanganku."

Jadi kuputuskan untuk pulang. Tatkala memundurkan mobil, aku melihat sesuatu. Sosok yang berdiri di dekat jendela di dalam rumah tua itu, ia tengah menyesap segelas air. Ia tersenyum padaku, dan matanya bersinar hijau terang sekali.

Aku kembali ke rumah, merasa frustasi, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sambil menyetir aku berpikir, makhluk itu tahu bahwa aku akan mendatangi rumah tua itu untuk mencari istriku. Ia ingin aku melihat sesuatu. Tapi mengapa?
Setibanya aku di rumah, Natalie berlari dan memelukku. Aku merasa tak tega namun tetap kulepas dekapannya untuk dapat melihat apakah ada luka bakar di tangan Natalie. Ia menatapku kecewa "Ini aku......." Dan saat kulihat matanya, jantungku serasa berhenti berdenyut. Mata Natalie....... hitam pekat. Iris matanya tak lagi berwarna hijau, warna yang dulu selalu membuatku damai. Sekarang mereka berubah menjadi hitam kelam.
Setelah melihat perubahan warna matanya di cermin, Natalie terus menangis sedangkan aku hanya tertegun mencerna semua ini. Sudah sehari penuh berlalu semenjak warna mata Natalie berubah, dan belum ada penampakkan dari makhluk itu. Hidup terasa normal, tak sesempurna dulu tapi normal. Natalie tetap seperti Natalie, hanya lebih serius sekarang. Aku berbincang dengan Chris via telepon, ia dan istrinya baik-baik saja dan tak melihat penampakan makhluk itu lagi.
Setelah kuingat-ingat kembali, tampaknya makhluk itu ingin aku melihat matanya. Ia ingin aku tahu apa yang telah direnggutnya dariku. Aku bahkan tak yakin, apakah dengan memusnahkan 'dua saudari' dapat mengembalikan warna mata Natalie seperti sedia kala. Namun yang pasti, aku akan terus mengawasinya.


Baru saja aku berpikir kalau kami telah menemukan ketenangan setelah semua ini, keadaan malah menjadi semakin aneh. Mata natalie masih tetap hitam. Selama beberapa minggu berpura-pura semuanya normal, akhirnya aku memutuskan untuk berbicara pada Natalie tentang situasi kami seutuhnya. Selama ini ia selalu mengelak dari setiap pembicaraan. Hal-hal sudah tak lagi sama. Kami makan malam dalam diam. Aku terbangun di tengah malam mendapati Natalie bengong menatap langit-langit kamar. Cukup sudah, aku tak tahan terus hidup seperti ini, aku harus menemukan jalan keluar dari masalah ini. Dan satu-satunya cara yang kutahu adalah dengan kembali ke rumah angker itu. Aku duduk membahasnya sampai tuntas dengan Natalie, walai ragu ia setuju bahwa kita harus kembali lagi ke sana. Apapun 'dua saudari' sebenarnya, kami harus menghadapi mereka. Jadi sebelum berangkat, kami susun sebuah rencana. Seseorang menyarankan untuk membawa cermin, jadi tak ada salahnya kulakukan. Maksudku, dalam keadaan genting seperti ini, kenapa tidak? berjaga-jaga itu perlu. Namun sebelumnya, mengingat betapa gelap bagian dalam rumah itu, kuputuskan untuk membawa lensa infra red. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah aku harus mengajak Natalie atau tidak. Setelah kupertimbangkan fakta bahwa Natalie telah berulang kali menyelamatkanku, maka diputuskan ia akan ikut bersamaku. Namun tak kuijinkan ia memasuki rumah itu walau apapun yang terjadi. Aku juga harus memastikan terlebih dulu apakah Natalie benar-benar Natalie. Meski nampak jelas ia lebih pendiam dari sebelumnya, tetap kutanyakan beberapa pertanyaan guna memastikan dia Natalie asli. Aku dapat melihat kesedihan terpancar dari matanya, mengetahui bahwa aku tak lagi percaya padanya seperti dulu. Namun ia menurut dan menjawab tepat setiap pertanyaanku, karena dengan begitu aku dapat terus berpikir jernih dalam situasi ini.

Kami tiba di rumah itu pukul 11:00 siang, pun tak begitu berpengaruh karena keadaan di dalam begitu gelap. Karena berada di area terpencil, aku tak ragu untuk mengaitkan rantai pada daun pintu depan dan menariknya lepas dengan trukku. Takkan kubiarkan pintu apapun tertutup lagi di hadapanku. Kubiarkan Natalie berdiri sepuluh kaki dari ambang pintu, sehingga ia bisa melihatku berjalan masuk. Perkiraanku adalah bahwa makhluk 'dua saudari' ini tak dapat muncul di depan Natalie, jadi selama Natalie tetap berada dalam jangkauan pandangku, aku berharap, walau agak ragu, mereka takkan menampakkan diri.

Dengan memakai lensa infra red yang kubawa, aku melangkah masuk. Natalie berseru gugup dari belakangku, "Hati hati sayang......"
Bahkan setelah semua yang terjadi, masih dapat kutemukan ketenangan dari alunan suaranya. "Semuanya akan baik-baik saja, aku janji, kita akan melalui ini....." ucapku lamat-lamat.

Udara di dalam rumah terasa pengap, hampir membuatku kesulitan bernafas, tapi bagaimanapun juga, 'petualangan' ini sudah kupikirkan selama berhari hari dan aku sama sekali tak berencana untuk mundur. Kulihat lagi simbol-simbol pada dindingnya, lalu kukeluarkan hp dan mengambil beberapa foto. Segala benda di dalam rumah porak poranda serta penuh debu kecuali sebuah kotak kardus kecil di seberang ruang tamu. Sejauh ini aku sudah berjalan lurus sambil terus menjaga keberadaan Natalie dalam jangkauan pandangku. Namun kotak kardus itu tampak ganjil, terlalu banyak simbol di sekelilingnya, dan kotak itu satu-satunya benda yang tampak tak tersentuh. Sementara belum ada tanda-tanda kemunculan dari 'dua saudari'.
"Aku akan memeriksa sesuatu dengan cepat, aku akan segera kembali ok." Teriakku pada Natalie yang menganggukan kepala, "O.....oke.....tolong cepatlah, aku ingin segera pergi dari sini....."
Aku berlari keseberang ruangan dan mencari-cari di laci lemari, semuanya kosong kecuali laci terakhir. Yang mana berisi sebuah diari kecil yang terikat seutas tali. Segera kujejalkan itu ke sakuku dan hendak melangkah pergi. Tapi saat aku berbalik, di hadapanku berdiri sosok istriku yang tengah tersenyum sambil menyesap segelas air, matanya yang sehijau batu zambrud menatap nanar padaku. Jujur, untuk sejenak, aku tenggelam dalam kekagumanku akan mata hijau indahnya, namun aku segera sadar bahwa yang ada di hadapanku ini bukan Natalie. Aku pun mencoba berjalan pelan melewatinya. Baru saja aku dapat lewat, kudengar Natalie berseru dari luar, "Apa kau baik-baik saja di sana?"
Begitu suaranya sampai padaku, terdengarlah bunyi gelas pecah dari belakangku. Aku tahu apa yang akan segera terjadi, dan pada momen penuh adrenalin itu, aku pun nekat masa bodoh, aku hendak mencobanya. Kukeluarkan cerminku, berbalik dan menghadapkannnya di wajah makhluk itu. Sekarang aku dapat melihatnya dengan jelas melalui lensa infra red, kepala miring, bibir menyeringai lebar. Ia mengeluarkan jeritan nyaring yang seketika menghancurkan kaca di tanganku. Sigap aku berpaling untuk berlari ke arah dimana aku dapat melihat Natalie sambil memejamkan mata. Ketika kurasa aku hampir sampai, aku menubruk seseorang, lalu sebuah tangan menggenggam pundakku dan dapat kurasakan seraut wajah persis di hadapanku,
"Kau kembali pada kami!" Bisiknya di telingaku.
Bagian yang paling mengerikan bukanlah mataku yang tertutup, namun kenyataan bahwa saat ia berbicara suaranya terdengar seperti suara lima orang berbicara bersamaan, dengan nada berat nan dalam serta nyaring melengking bercampur jadi satu.
Kemudian kurasakan dorongan tangan kedua yang menekan tubuhku jatuh ke lantai dengan kekuatan luar biasa. Saat terjatuh, aku tetap berusaha merangkak ke arah cahaya yang berasal dari ambang pintu. Aku berhasil merayap cukup jauh untuk dapat melihat Natalie yang tengah menjerit dari luar hendak berlari masuk ke dalam. "BERHENTI!!! NATALIE BERHENTI! JANGAN MASUK!" Sentakku yang membuat langkahnya terhenti seketika beberapa kaki dari ambang pintu.
"Tidak tidak tidak......jangan kau juga...... mereka tak boleh membawamu......mereka bilang mereka tidak akan membawamu......."
Pada saat itu aku tak dapat lagi mengerti apa yang ia ucapkan, kurasakan sebuah tangan menarik kakiku, nampaknya mereka berusaha menjauhkanku dari jarak pandang Natalie. Kulihat ponselku tergeletak di lantai. Aku mulai merasa sangat pusing namun aku berusaha menggapai ponselku untuk membukanya. Meski gelap, foto wajah Natalie terlihat bersinar terang di layar hp ku. Kedua mata hijau Natalie bercahaya dengan indahnya. Kupandangi wajah itu untuk terakhir kali sebelum aku benar-benar hilang kesadaran. Namun, tepat sebelum aku pingsan, kurasakan cengkeraman tangan di kakiku terlepas.

Aku terbangun di rumah sakit. Sembari penglihatanku yang mulanya kabur berangsur-angsur jelas, Natalie menyongsong tubuhku dan memeluknya erat-erat. "Oh terimakasih Tuhan, kau baik-baik saja!! Bisakah kau melihat?? Tatap aku, dapatkah kau melihatku?" Hal pertama yang kuperhatikan adalah mata Natalie. Warnanya kembali hijau, mereka berkilau terang seperti dulu lagi.
"Warna matamu......" gumamku.
Natalie berteriak girang, mengetahui bahwa aku masih dapat melihat. "YA!! Ya sayang mataku baik-baik saja, aku merasa seperti sedia kala! Semuanya akan baik-baik saja sekarang!"
Aku punya banyak pertanyaan saat itu juga, namun dokter bersikeras agar aku istirahat terlebih dulu.

Keesokan paginya, sementara dokter melengkapi berkas-berkas check out perawatanku, aku berbicara pada Natalie tentang kejadian di rumah itu. Ia menjelaskan bahwa ketika aku jatuh pingsan, ia berlari masuk dan mendapati 'dua saudari' tengah diam mengamati layar hp ku. Saat Natalie melihat mereka, 'dua saudari' pun juga melihat ke arah Natalie. Setelah beberapa saat hanya saling pandang, mereka menghilang. Natalie juga menambahkan, sesaat setelah ia membawaku keluar, rumah itu mulai runtuh ke tanah. Benarkah? Batinku. Apakah memang semudah itu? Kemudian aku teringat akan foto-foto yang sudah kuambil di sana, jadi kuraih hp di sakuku untuk memeriksanya.
"Apa yang sedang kau cari sayang?"
Tanya Natalie saat melihatku yang tengah bingung mengutak-atik hp. "Aku mengambil beberapa foto di rumah itu......tapi aku tak dapat menemukannya......."
"Hmm.. aku tak ingat kau pernah mengambil foto..." ujar Natalie lalu meraih hpku dan memasukannya ke dalam tas. "Kita pikirkan itu nanti ya karena sekarang aku sudah sangat lega kau baik-baik saja!" dan ia memelukku. Natalie bertingkah agak aneh. Apa dia telah menghapus foto-foto itu? Kulihat jaketku tergantung di cantelan pintu, jaket yang kukenakan saat memasuki rumah itu. Kuambil lalu segera kupakai, "Dingin sekali di sini," ujarku sambil tersenyum pada Natalie. Kemudian Dokter datang dan meminta Natalie untuk menandatangani berkas-berkas di kantornya, saat ia berpaling aku langsung meraba saku jaketku. Dapat kurasakan diari kecil itu masih aman di dalamnya.

Semenjak pulang ke rumah, Natalie selalu mendampingiku, benar-benar di sampingku. Satu-satunya kesempatan ia membiarkanku sendiri adalah saat aku ke kamar kecil. Kukeluarkan diari itu dan kuamati halaman pertamanya,

"Pada buku ini tertuang sedikit pengetahuan yang telah kami kumpulkan selam turun temurun semenjak kelahiran dari 'dua saudari'."

Aku baru akan membalik halamannya ketika Natalie menggedor-gedor pintu, "Apa kau baik-baik saja di sana!!!"
"Ya sayang, aku akan keluar sebentar lagi!" Seruku menanggapi.
Sesuatu yang salah sedang terjadi, Natalie sama sekali tak mau membiarkanku sendiri. Bukan maksudku membahas kembali apa yang ia katakan saat itu sebelum aku pingsan, tapi aku yakin dia tahu sesuatu dan dia merahasiakannya. Namun aku takkan mempertanyakannya sekarang.

Aku pergi ke kantor hari ini dan berusaha membaca diari itu setiap ada waktu senggang tetapi sayang pekerjaanku banyak sekali. Ceritanya cukup panjang namun aku hampir menyelesaikannya. Siang tadi, aku menyempatkan pulang beberapa jam lebih awal dan pergi melihat rumah yang dibilang sudah rubuh itu. Namun yang kusaksikan membuatku terkejut. Rumah itu terbakar habis seperti sengaja di bakar oleh seseorang. Mengapa Natalie berbohong padaku? Apa dia yang menyulut api? Ini membuatku semakin meragukan semua yang ia katakan beberapa waktu terakhir. Maka kubilang padanya bahwa besok pagi aku akan berangkat lebih awal untuk menebus pekerjaan yang terbengkalai akibat opnameku di rumah sakit. Ia mempercayaiku padahal sebenarnya aku akan pergi ke cafe untuk membaca tuntas isi diari itu.


Jadi malam itu aku pun beranjak tidur, untuk esok pagi mampir di Cafe Starbuck dekat rumah guna membaca tuntas diari tersebut. Cukup mencengangkan karena aku bisa tidur dengan nyenyak, sedangkan Natalie terus menggenggam tanganku sambil berkata semua kan baik-baik saja. Namun pada pkl. 03:00 dini hari, aku lagi-lagi terbangun kehausan. Belakangan aku mulai sadar bahwa kebiasaanku ini agak tidak normal, tapi kuakui memang semuanya tak berjalan normal lagi seperti dulu. Pun aku tetap pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Tatkala kulepas genggaman tangan Natalie, seketika itu juga ia terperanjat bangun, "Ada apa sayang?" sergahnya. Matanya tak tampak mengantuk, seolah ia tak tidur sama sekali.
"Tak apa sayang, aku hanya ingin ambil air minum." jawabku. Belum sempat aku beranjak dari ranjang, Natalie sudah berdiri dan siap mendampingiku ke dapur. Ia menggandeng erat tanganku saat kami berjalan menuju dapur dan aku menuang segelas air. Natalie menjadi terlalu protektif, amat sangat protektif terhadapku. Namun perlu dicatat bahwa sama sekali tidak ada yang salah dengannya, dia tetap Natalie yang asli, namun tampak jelas bahwa ia tengah berusaha keras menjaga agar aku tak bertemu dengan makhluk itu lagi, ini sebabnya mengapa dalam setiap kesempatan ia selalu menyertaiku. Setelahnya kami kembali ke kamar, aku pun kembali tidur meski aku tahu bahwa Natalie mungkin tak tidur di sepanjang sisa malam.

Keesokan pagi, Natalie bertanya beberapa pertannyaan sebelum keberangkatanku ke kantor. Aku pun mengarang sejumlah alasan.
"Sayang, aku akan baik-baik saja. Bukankah kamu bilang sendiri bahwa ini semua sudah berakhir? Mereka sudah lenyap sekarang." Kataku.
"Ya, tentu. Aku hanya ingin memastikan saja. Aku cuma ingin menghabiskan waktu sebanyak yang aku bisa bersamamu, setelah apa yang terjadi." Ujarnya dengan ekspresi wajah menahan sedih.

Aku tiba di Starbuck, memesan kopi, dan tanpa menunda lagi, kukeluarkan dan kubuka diari itu. Sampulnya terlihat begitu usang, hampir sobek di sana sini. Bentuk tulisan di dalamnya berbeda-beda. Mungkin itu karena diari tersebut telah diwariskan terun temurun dan diisi oleh orang-orang yang berbeda. Catatan di dalamnya terpencar-pencar dan aku berusaha sebisa mungkin untuk memadukannya agar dapat dimengerti.

Isi diari dimulai dengan kisah dari dua saudari, yang kelahirannya berselang satu tahun. Yang pertama adalah Madeline, lahir pada 11 Maret 1800. Seorang gadis jelita dengan warna mata hijau terang, dan merupakan anak sulung di keluarganya. Kemudian, putri kedua mereka lahir pada 11 Maret 1801. Kelahiran kali ini tampak agak ganjil bagi pihak orang tua, namun mereka tak terlalu menggubrisnya. Dan karena putri kedua mereka ini juga memiliki bola mata hijau sama seperti kakak sulungnya Madeline, maka mereka memutuskan menamainya Caroline. Seiring pertumbuhan kedua anak itu, orang tua mereka mulai menyadari bahwa ternyata mereka kembar. Tidak hanya kembar identik, namun mereka berdua sungguh mirip. Fakta selanjutnya yang mereka sadari adalah, bukan hanya dua anak itu lahir di tanggal yang sama tapi waktu kelahiran mereka juga sama yaitu pkl. 03:00 dini hari. Orang tua mereka mencoba bertanya pada beberapa dokter berbeda namun tak satupun dari mereka dapat menjelaskan fenomena ganjil ini. Yang dapat mereka simpulkan hanyalah bahwa ini merupakan suatu keajaiban. Pada akhirnya, semua anggota keluarga memutuskan untuk menerima keanehan ini dan melanjutkan hidup mereka.
Dari kedua saudari tersebut, Caroline adalah yang memiliki sifat ceria dan bersemangat. Ia sangat ramah dan seluruh warga kota menyukainya. Sedangkan si sulung Madeline adalah gadis yang biasa saja. Tak suka banyak bicara dan seiring waktu mulai memendam rasa iri kepada sand adik Caroline. Kadang kala Caroline berpura-pura menjadi Madeline sehingga membuat orang-orang bingung. Secara keseluruhan hubungan mereka berdua tampak seperti hubungan para saudara-saudari kebanyakan dengan masalah biasa yang sesekali timbul diantara kakak beradik.

Namun pada bagian ini kisah mereka berlanjut ke sisi yang lebih kelam. Madeline dan Caroline jatuh cinta pada pria yang sama. Thomas, seorang pengusaha mapan, yang mereka kenal dari kerja samanya dengan sang ayah. Tampaknya Caroline lebih tertarik pada harta kekayaan Thomas, sedangkan Madeline tulus mencintai Pria itu sepenuh hati. Sayangnya Thomas memutuskan untuk menikahi Caroline, ia tak tahu bahwa perasaan Caroline sesungguhnya palsu. Sebagai gadis pendiam, Madeline hanya bisa pasrah.

Tetapi sungguh tragis, pada hari pernikahan, ketika Madeline melihat Caroline mengenakan gaun pengantin, ia tak dapat lagi membendung gejolak amarah serta rasa frustasinya, ia pun mengamuk pada Caroline. Dalam percekcokan sengit, secara tak sengaja ia mendorong tubuh Caroline jatuh dari anak tangga hingga Caroline tewas. Yang terjadi selanjutnya lebih mencengangkan. Dalam keadaan syok dan tertekan, Madeline menyembunyikan tubuh adiknya di dalam lemari, mengenakan gaun pengantin Caroline lalu muncul di upacara pernikahan. Madeline menikahi pria pujaanya, dan bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Beberapa hari kemudian jasad Caroline ditemukan. Mereka dapat mengenali Caroline dari bekas luka bakar yang dibuat sang orang tua di punggung kedua saudari. Begitu Thomas mendengar berita ini, dengan jijik ia pergi meninggalkan Madeline. Hidup gadis itu hancur sudah, setelah merenungi semua perbuatannya, Madeline gantung diri.

Sekarang aku tahu bahwa Caroline adalah sosok yang selalu tersenyum, yang bisa berbicara dan meniru orang lain. Sedangkan sosok satunya yang mengerikan itu adalah Madeline.

Jadi pada titik ini, aku bertanya pada diri sendiri, apakah benar begitu? Apakah mereka hantu yang meneror keluarga ini? Tidak, tidak seperti itu, isi diari berlanjut menceritakan kejadian berikutnya.

Satu generasi kemudian, keluarga tersebut kembali dikaruniai seorang bayi cantik bernama Laura. Seiring pertumbuhannya, mereka dapat melihat bahwa Laura sangat mirip dengan Madeline dan Caroline. Lambat laun keluarga itu mulai melihat penampakan-penampakan yang diiringi peristiwa ganjil. Penulis diari itu juga menjelaskan bahwa ia tak tahu pasti tentang apa asal muasal dari 'persinggungan', namun yang mereka tahu persinggungan itu selalu terjadi saat emosi si anak sedang bergejolak. Aku takkan menerangkan semua isi diari karena terlalu panjang.
Diari itu juga menuturkan sejumlah peristiwa dari beberapa 'putri' yang terlahir di keluarga ini mengalami pola serupa. Mereka mirip dengan Madeline dan Caroline serta kejadian aneh yang terjadi di sekitar mereka. Semakin jauh kubaca diari itu, tampak bahwa pengetahuan penulis tentang si makhluk kian meningkat. Semua kasus berakhir dengan beralihnya kontrol penuh tubuh si anak oleh dua saudari dan anak itu menghilang. Seiring tahun, keluarga tersebut mendapati fakta bahwa simbol bentuk luka bakar asli yang dibuat oleh orang tua dua saudari dapat digunakan untuk menyegel benda-benda penting dari jangkauan dua saudari. Namun, simbol ini tak berfungsi jika diterapkan pada manusia.
Alur catatan tersebut terus berlanjut menjelaskan tentang dua saudari hingga aku sampai pada beberapa lembar terakhir halaman diari, yang tulisannya menyerupai tulisan nenek buyut Natalie, setidaknya itulah dugaanku.
Ternyata, Nenek buyut Natalie adalah seorang dokter Saraf. Ia berteori bahwa dua saudari adalah bagian dari kepribadian si anak semang. Yang mana menyebabkan dua saudari sukar untuk dimusnahkan, mereka menaungi alam pikiran si anak semang. Ini artinya sebagian diri Natalie adalah dua saudari.

Nenek buyut Natalie mengklaim bahwa ini bukan kesalahan Natalie, dua saudari mampu berkomunikasi dengannya tanpa Natalie ketahui. Natalie sendiri sebenarnya sadar akan keberadaan dua saudari, hanya saja ia tak sepenuhnya paham akan apa yang terjadi di sekitarnya. Aku membalik halaman terakhir dan berharap akan sebuah solusi di sana, tapi aku sungguh kecewa luar biasa. Kata-kata terakhir diari itu berbunyi, "Dua saudari adalah si anak semang itu sendiri, mereka adalah bagian darinya. Dalam setiap kasus yang pernah terjadi sebelumnya, selalu berakhir dengan direbutnya kendali penuh tubuh si anak semang oleh si makhluk. Yang disusul dengan tewasnya orang-orang terdekat si anak semang, kemudian si anak semang akan menghilang bak ditelan bumi. Dua saudari ini adalah makhluk yang menyerap gejolak emosi. Kami sudah mencoba, namun memusnahkan si anak semang tetap tak dapat memutus mata rantainya. Dua saudari akan datang memburuku karena mereka tahu aku memiliki diari ini. Kusembunyikan diari ini dengan simbol yang tertera. Kepada siapapun yang menemukan diari ini, aku minta maaf..."

Aku tercekat. Begini saja? Mana solusinya? Inikah mengapa Natalie terus mendampingiku sedekat mungkin? Apakah ia sudah tahu bahwa dua saudari akan segera menguasai tubuhnya? Bagaimana ia menyelamatkanku hari itu? Apakah ia sudah berhadapan langsung dengan dua saudari?
Kututup diari itu, kurasakan jantungku berdegup kencang. Aku tak boleh kehilangan Natalie, dia adalah duniaku. Dia segalanya bagiku.

Saat ku menoleh, ternyata hari sudah petang, tanpa terasa hampir seharian aku membaca diari itu. Aku berkendara pulang ke rumah, tak tahu harus bagaimana. Akhirnya kuputuskan untuk berbicara langsung pada Natalie tentang diari itu walaupun sepertinya ini bukan ide yang bagus. Tapi apakah aku pilihan lain?

Sesampainya di rumah, Natalie berlari dan memelukku, akupun meminta maaf karena pulang terlambat. Kami makan malam bersama dan setelahnya Natalie mengajakku untuk sejenak memandangi bintang-gemintang. Mengingat semua hal tak wajar yang telah terjadi, dengan senang hati aku mengabulkan permintaan Natalie untuk melakukan sesuatu yang normal seperti memandang bintang bersamanya.
"Ingatkah kau dulu kita berdua sering naik ke atap gedung fakultas tehnik mesin untuk mengamati bintang?" Tanya Natalie menengok kearahku.
"Ya, dan aku masih kukuh dengan apa yang kukatakan waktu itu. Aku tak perlu memandangi bintang karena menurutku matamu lebih indah dari mereka semua sayang." Jawabku.
"Aku sangat mencintaimu, sedari dulu aku sudah tahu perasaanku." Ucap Natalie yang mulai berlinang air mata. Kupeluk erat tubuhnya, aku yakin Natalie tengah menyembunyikan sesuatu. Malam itu kami pergi tidur. Sedangkan aku membulatkan tekad untuk menjelaskan semua pada Natalie esok pagi.

Pukul 2:45 dini hari aku terbangun oleh kecupan lembut Natalie di dahiku. Aku berpura-pura masih tidur tatkala Natalie beranjak turun ke lantai bawah. Diam-diam aku mengikutinya. Lalu aku melihat ia menenteng sebuah koper dan berjalan menuju pintu depan.
“Natalie? Sayang, apa yang kau lakukan?" Seruku. Ia berbalik, air mata berlinang di wajahnya, "Aku harus pergi. Maaf, aku harus pergi. Biarkan aku...." aku tak melepaskannya, aku sudah melalui semua hal gila ini demi dia. "Natalie, aku sudah tahu semuanya..." kataku menjelaskan, namun ia terus sibuk mengawasi jam. "Tidak, kau tak tahu! Aku sudah meminta mereka! Aku bilang mereka boleh mendapatkanku tapi mereka harus membiarkanmu hidup." sentaknya. Kini aku benar-benar cemas, "Natalie, apa yang sudah kau lakukan? Bagaimana kau bisa mengeluarkanku dari rumah itu? Natalie, jujurlah padaku... untuk sekali ini, percayalah padaku...."
Ia jatuh terduduk di lantai, "Aku memohon pada mereka untuk meninggalkanmu sendiri dan membawaku sebagai gantinya. Telah sekian lama aku melawan mereka. Berusaha menjauhkan mereka. Namun sekarang aku tak tahu siapa yang menguasai tubuhku. Mereka setuju. Mereka akan membiarkanmu jika aku berhenti melawan. Namun sudah terlambat sekarang. Aku sudah tak mampu melawan mereka di dalam pikiranku. Aku sudah memberikan kuasa penuh atas tubuhku. Lari. Lari. Lari...." dari nada suara kata-kata terakhirnya itu terdengar getaran aneh.
"LARI!" jerit Natalie mendongakkan wajah, matanya menghitam, kepalanya mulai miring ke samping, segaris seringai mulai terbentuk di bibirnya. Jam di dinding di belakangnya menunjukkan pukul 03:00 dini hari.
Yang menyusul kemudian mungkin merupakan tindakan tergila yang pernah kulakukan. Tetapi dalam beberapa bulan yang singkat ini, aku sudah menjadi lebih berani dari sebelumnya. Tatkala ia bangkit berdiri, aku menyerbu ke arahnya dan memeluknya erat-erat. "Aku tahu kau di sana sayang. Aku tahu kau telah melindungiku selama ini. Kau adalah penyelamatku. Sekarang giliranku untuk menyelamatkanmu. Sekarang aku yang akan melindungimu. Kembalilah padaku Natalie, kembalilah sekarang. Kau lebih kuat dari mereka. Lawan mereka. Lawanlah mereka demi aku. Lawanlah demi kita berdua. Aku mencintaimu. Aku tak dapat hidup tanpamu."
Kudekap dia, mataku terpejam.
"Ingatlah bintang-bintang. Ingatlah saat kita berdua memandang mereka tadi malam. Ingatlah bagaimana kita memandang mereka bertahun-tahun lalu. Bagiku matamu bersinar lebih terang dari pada bintang-bintang di langit."
Pada momen yang dipenuhi gejolak adrenalin itu, aku terus berbicara tentang kenangan-kenangan bahagia kami hingga kurasakan air mata berjatuhan membasahi pundakku. Aku pun akhirnya berani melepaskan pelukanku, dan kulihat Natalie-ku yang asli telah kembali. Mata hijaunya yang berkaca-kaca bersinar terang. "Aku sungguh menyesal....." ucapnya sembari kupeluk ia erat-erat untuk beberapa lama.

Setelah semua yang kami alami, aku menyadari bahwa aku begitu takut pada dunia. Aku takut pada monster-monster dalam khayalanku dan orang yang selalu kuanggap dapat melindungiku hanyalah Natalie. Padahal sebenarnya selama ini Natalie tengah berjuang melawan sesuatu yang lebih mengerikan. Dialah yang lebih membutuhkan perlindunganku, dan kini akhirnya aku mengerti. Bahwa aku harus berjuang keras untuk melindungi seseorang yang sangat berharga bagiku. Aku yakin saat Natalie kehilangan kendali tubuhnya oleh dua saudari, mereka menjadi lemah. Kadang pula aku berpikir mungkin dua saudari terperangkap di dalam diri Natalie, mungkin mereka berusaha untuk bebas. Hidup takkan lagi terasa normal, namun aku tak perduli. Selama aku bersama Natalie, semuanya akan baik-baik saja. Sudah seminggu berlalu dan keadaan mulai kembali seperti sedia kala. Meski kadang, aku terbangun di tengah malam dan saat menoleh pada Natalie, kulihat sepasang mata hitam pekat itu mendelik padaku. Kalau sudah begitu, akan kugenggam erat tanganya, lalu dalam sekejap, kedua mata hijaunya kembali lagi, lebih terang dari sebelumnya.


PENTING ! Mau Dapatin Uang Ghoib ? Klik Disini Untuk Membacanya !


Cerita Creepypasta Indonesia Terseram Ada Yang Aneh Dengan Istriku Something Strange With My Wife Reddit Aneh Monster Menakutkan Seru Misteri Nyata Misterius Kembar Gaib Ilmu Sihir Hitam Mitos Ritual





4 komentar:

  1. jadi gaada cara buat ngeluarin dua bersaudari??

    BalasHapus
  2. Cerita pengorbanan seorang suami yang indah.Tapi gimana dengan dua bersaudari?

    BalasHapus
  3. Waduh ga ada cara ya ? Buat mengghilangkan dua Saudara ?

    BalasHapus
  4. KADANG PUNGAMET88: Daftar Situs Judi Slot Online 24 Jam
    KADANG PUNGAMET88 adalah situs judi slot 바카라 online terpercaya dan terbaik di Indonesia. Mainkan 20 permainan judi slot kadangpintar online gacor, live งานออนไลน์ casino hari ini.

    BalasHapus